GETHING, NYANDING 1

23.14 Edit This 3 Comments »


Umurku saat itu belum genap 24 tahun. Saya termasuk orang yang percaya dengan kekuatan harapan, juga termasuk yang sangat meyakini kekuatan sebuah planning. Sering saya menulis harapan2 saya pada selembar kertas dengan target waktu yang juga saya sertakan. Singkat cerita salah satu harapan saya di tahun 2008 adalah menikah (beneran nehh?). Bulan mei 2008 saya mengajukan proposal pada guru ngaji saya agar bisa mencarikan pendamping hidup dengan target maksimal bulan Desember 2008 saya dapet tu istri. Ternyata guru ngaji saya menyambut dengan antusias, belau malah merekomendasikan saya berproses untuk ta’aruf (kenalan begitu) dengan seorang akhowat (bahasa belandanya ”wanita”) dan menargetkan saya habis syawal semua urusan sudah beres (kira2 bulan oktober saya sudah akad). Wadukh... malah jadi saya yang bingung, bagaimana tidak bingung, sembari waktu terus berjalan ternyata Allah memberikan banyak ujian ke saya. Sempet juga maju-mundur tuk menganmil keputusan besar ini. Tapi saya sadar ini adalah godaan syaitan saja kali yeee... akhirnya ana berkomitmen terus maju dengan prinsip” Saya nikah kan ngibadah, masa orang ibadah dipersulit sama Allah”, wiss pokokmen aku yakin pasti ana dalan”. Biar keren asal ngapak, hidup formmen, merdeka... HNW jadi presiden keren juga tuhh!!

Singkat cerita yg kedua kalinya, sehabis ada acara dari TW (baca Tawangmangu) dengan guru ngaji saya, sehabis acara selesai saya diminta oleh guru ngaji saya tadi untuk sowan di kediamannya dengan maksud mengasihkan nama akhowat kepada saya untuk saya nikahi. Akhowat yang belum pernah saya kenal, usianya lebih tua, dengan keterangan diri yang begitu minimalis. Ana sholat istikharah, dan OK, lanjut (tuh hasilnya). Tukeran proposal nehh, ehhh.. ternyata diterima juga proposal saya tadi sama tu akhowat. Set3x... ta’aruf,dlll semua urusan berse, res .. eess. Tapi jangan salah, ternyata bapak dan ibu akhowat tadi tidak bisa menerima proposal saya. Proposal saya tidak diterima karena saya tidak mempunyai pekerjaan tetap, entah itu PNS ataupun karyawan swasta begitu... Akhirnya dengan ijin akhowat tersebut saya memberanikan diri ke rumah orang tua akhowat tersebut, dengan maksud menerangkan bahwa saya seorang wirausaha, jangan kwhawatir denga rezeki.. Berangkatlah saya sendirian ke sarang harimau, hasilnya NIHIL (pokokmen aku ngelus2 dada cah..). mencoba tuk menenangkan diri saya istikharah lagi, ” Yaa Allah jika memang ini yang terbaik bagiku, agamaku, dan semuanya maka mudahkan prosesku ini, tetapi jika ini bukan yang terbaik maka jauhkan lah dan segerakan selesaikan urusanku ini dan gantikan dengan yang lebih baik”. Pagi harinya saya SMS guru ngaji saya yang intinya saya mengembalikan proposal akhowat tersebut... Pena-pena telah diangkat, dan lembaran-lembaran telah kering, inilah takdir yang harus saya jalani.. Eman, haru, malu, sedih dan semua perasaan menjadi satu padu. Hanya keyakinan ”saya akan dapat yang lebih baik” yang ketika itu saya bawa. Selain itu mungkin satu kata yang bisa saya ingat ,”IKHLAS AKHI...., ”..maka hidup saya pun menjadi kembali ceria...
To be continued ...

3 komentar:

Indarto mengatakan...

ooooooo.............ternyata malah dpt adek kelasku. Semangat Bro, piye warung baksonya?

Imdad Durokhman mengatakan...

aku ora dodolan baksooo

Anonim mengatakan...

Oh gitu ceritanya...hemmm...tapi nggak harus gething dulu untuk bisa nyanding kan??hehehe