Kakek Inspiaratif.. Potongan Diary Ka’im Solo, 01 Juni 2008

22.53 Edit This 3 Comments »

Sore hari di hari ahad begitu sepinya. Ketika pikiran lagi ruwet biasanya saya banyak ambil inspirasi dari alam, entah ke masjid, ke gunung, ke kampus, dll atau kadang juga saya bawa pergi ke pulau kapuk sampai pikiran plong kembali. Entah mengapa pada saat kondisi seperti tadi saya punya pikiran tuk pergi ke KFC, makan ayam sambil mencari inspirasi bisnis walaupun sebenarnya perut masih cukup kenyang. Di kost tidak ada orang, di warung juga tidak ada, akhirnya saya putuskan pergi sendiri ke KFC di Matahari Singosaren.
Tempat parkir begitu ramainya, saya melihat ada satu motor yang mau segera keluar dari deretan parkir motor yang begitu rapat dan memanjang, langsung saja saya ambil posisi tu tempat parkir. Tanpa banyak berpikir saya langsung masuk ke counter KFC. Kebetulan dari 3 tempat pemesanaan, ada satu yang kosong. Saya langsung memesan menu ayam, harganya Rp.15.000,00 saya dapat sebungkus nasi, segelas Fanta, dan ayam bagian sayap sesuai apa yang saya pesan. Saya mau memesan kentang, tetapi karena harganya yang mahal (Rp. 9.000,00 atau Rp.11.000,00) akhirnya saya batalkan, bayangkan saja uang segitu kalau di Mesam-Mesem (ceile... gak promisi lhoo ya..) sudah dapat ayam ukuran XL, nasi, sambel, lalapan, plus tiga gelas es teh madu (pikir saya”eman-eman kalau cuma digantikan dengan kentang”). Saya langsung cari tempat makan yang paling strategis. Pandangan saya langsung tertuju ke sebuah meja makan yang biasa dipakai untuk dua orang tepat di samping kaca yang tembus pandang langsung ke tempat parkir. Saya melihat jam, di HP saya terlihat tepat pukul 16.43. Saya benar2 berdoa ketika itu pada Allah agar makanan yang akan saya makan tersebut benar2 bisa berkah, karena sekali lagi saya ceritakan saya masih merasa cukup kenyang ketika itu. Setelah berdoa saya bisa makan dengan lahap juga tu ayam. Nyam.., nyammm......

Baru seperempat bagian maksayan saya makan, saya melihat tepat disebelah kanan saya, kira kira jarak 5 meter dengan posisi putar kepala sekitar 950saya melihat seorang laki-laki tua sedang berjualan dua sisir pisang ”uter” (istilah wong kebumen, nek nang solo saya ora ngerti apa jenenge) dan sekitar lima ikat kacang tanah rebus. Kulitnya sudah kelihatan keriput, otot dan nadi di tangannya saja sudah kelihatan dengan begitu jelasnya. Dia memakai kaos singlet warna putih yang sudah lusuh, memakai celana pendek warna hitam, dengan skibu lipat warna hitam yang juga dipakai di kepalanya terlihat seperti peci. Di pinggangnya melingkar tas pinggang dengan kombinasi warna merah dan putih. Di sampingnya terdapat keranjang bambu berisikan tumpukan plastik dan satu sisir pisang ’uter”. Pisang ”uter” yang ia jual diletakkan begitu saja di lantai. Empat ikat kacang yang ia jual ia dasari dengan selembar plastik warna putih. Disamping beberapa barang jualannya ada barang yang tidak saya tahu apa itu namanya, bentuknya seperti sarang burung tapi berbentuk memanjang seperti roti buaya. Barang itu berjumlah lima dan dia mengikat barang itu menjadi satu ikat. Disampingnya lagi ada plastik warna hijau yang kelihatan seperti jas hujan plastik yang ia lipat dengan lipatan segi empat ala kadarnya. Dia duduk dengan tumpuan pantat lebih tinggi daripada tumpuan kakinya. Ada dua batang bambu yang selalu ia pegang dengan tangan kirinya yang saya juga tidak tahu fungsinya apakah itu tongkat atau pikulan keranjangnya, karena bambu itu sendiri tertutup oleh badannya ketika ia duduk. Dominasi pandangannya terlihat kosong sembari kadang-kadang dia fokus untuk memandang banyak orang yang berlalu lalang di depanya untuk menawarkan barang dagangannya,”kacang tanah dan pisang”. Banyak orang yang lewat di depannya, tetapi tidak satu pun ada yang mau membeli barang dangangannya. Saya begitu haru melihat pemandangan langka ini, perasaan kasihan, bersyukur, merasa bersalah muncul dalam diri saya.Saya melihat kesabaran laki-laki tua ini begitu ruar biasa. Tidak ada kata yang terlontar dari mulutnya kecuali untaian kata yang sepertinya ia niatkan untuk menawarkan barang dagangannya, selebihnya ia memilih untuk diam. Saya melihat sepertinya sudah tidak ada lagi perasaan sungkan, malu, minder dan perasaan-perasaan bodoh lainnya dalam dirinya.Saya berpikir, sebenarnya apa yang sedang dipikirkan laki-laki tua ini?, jadi penasaran neh?!. Beberapa saat kemudian saya melihat tangan kanannya yang kemudian diikuti oleh tangan kirinya bergerak dengan gemetar meraih plastik warna hijau yang ia miliki. Pikir saya mungkin ia akan segera merapikan barang2nya dan segera pulang. Ternyata ia mengambil plastik hijau tadi untuk dipakai bantalan duduk pantatnya yang mungkin sudah kesakitan (tidak nyaman). Kelihatan sekali gerak tubuhnya yang sudah tidak imbang lagi, gemetar tubuhnya selalu kelihatan saat ia mulai menggerakkan anggota tubuhnya. Saya melihat lagi gemetar tubuhnya saat ia mengambil air minum yang ia bungkus dengan plastik es dengan sedotan merah, tidak kelihatan apa yang ia minum tadi karena tempat minumnya ia bungkus dengan plastik kresek warna hitam. Mulutnya terlihat begitu susah untuk dibuka, ketika sudah terbuka saya lihat begitu lebarnya ia membuka mulutnya, mungkin ia khawatir kalau2 sedotan tidak bisa masuk karena sekali lagi tangannya gemetar sekali ketika ia hendak memasukan sedotan ke rongga mulutnya. Saya melihat dua teguk ia meminum air tersebut, kemudian ia taruh kembali plastik tempat minumnya dengan gemetar yang masih ia punya, begitu nikmatnya saya melihat pemandangan ini.

Saudaraku sekalian, nyuk kita bersyukur atas semua hal yang masih bisa kita syukuri karena Allah swt telah berjanji ”Barang siapa ia bersyukur maka Allah akan menambah nikmatnya, barang siapa ia tidak bersyukur maka sesungguhnya Azab allah itu sangatlah krasss...”.

3 komentar:

Nanang mengatakan...

hi salam kenal.
saya minta ijin menggunakan foto kakek diatas yah,boleh tdk?
untuk membuat aplikasi ttg cinta kepada kakek,
thanks.

Imdad Durokhman mengatakan...

bolehhh pake saja gak pada

Kakek Serelo's mengatakan...

salam kenal dari saya Rudy Kurniawan palembang. saya senang melihat foto kakek dan baca ceritanya. izin pakai foto kakek untuk akun FB saya. terima kasih