Berhenti = Kehancuran

00.07 Edit This 0 Comments »

Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?.

Di laut kita dihantam ombak dan badai, di darat ada lubang, ada jurang. Di udara ada awan hitam, kabut petir dan lainnya. Memang tak ada jalan yang mulus. Semua jalan memiliki hambatan dan tantangannya sendiri.. tetapi perjalanan yang kita lalui ini tidaklah boleh berhenti, karena resikonya begitu besar jika kita berhenti. Tak ada kata berhenti karena berhenti sama artinya menjemput kebinasaan, mendekat dengan kehancuran. Yakinlah untuk melangkah terus. Sarapan itu masih ada!!

My Spirit

1. Saya tidak membawa ’Gen Putus Asa”

Kita adalah manusia, mahluk yang paling sempurna penciptaannya, muslim identitasnya, kita hidup diatas landasan keyakinan dan perjuangan. Keyakinan pada kebenaran janji Allah dan perjuangan meraih segala cita dan harapan. Apa yang tidak bisa kita raih hari ini jangan kita menghentikan roda kehidupan kita padanya. Janganlah cita-cita , harapan dan gerak langkah kita menjadi lenyap atau terhenti karenanya. Karena hari esok, kejutan-kejutan indah akan memotivasi kita.

Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar.Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah Mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.

Kita harus bangkit dari tempat duduk, menyingkirkan debu kemalasan, mengembalikan tenaga ke tempatnya semula dan berpikir dengan baik, lalu mulai bergerak. Tidak ada yang mustahil.Rumus keberhasilan itu tidak ada. Tetapi keberhasilan adalah hasil alami dari sebuah usaha dan kerja keras.

2. Hamparan bumi ini masih terlalu luas untuk saya.

Guncangan hidup terkadang membuat dunia seakan begitu sempit, langkah begitu terbatas, pandangan mata seperti tertuju hanya pada satu arah pintu, di dalam ruang yang tidak memiliki ventilasi cahaya yang lain. Pada saat seperti ini kita harus sadar, dengan modal keimanan, untuk membuka pintu-pintu lain supaya kita bisa keluar dari kegelapan. Karena disana ternyata banyak pintu, disetiap kesulitan, karena kesulitan dan kemudahan selalu berjalan beriringan.

Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.

Rasulullah saw bersabda,” Sesungguhnya, aku dilarang mengeluarkan dua bentuk suara yang bodoh dan terkutuk, yang pertama ketika sesuatu yang menyenangkan terjadi, dan lainnya diekspresikan saat terjadi bencana.”

Yang dimaksudkan Rasulullah dalam hadits diatas adalah emosi jiwa, seperti juga Alah swt mengingatkan kita dengan ayat qauliyah-Nya:

(kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.

Allah dan Rasul-Nya mengajarkan kita jalan pertama menghadapi guncangan dengan mengendalikan emosi, karena emosi yang tidak terkendali benar-benar bisa menghancurkan seseorang, menyebabkan penderitaan, dan membuatnya tidak bisa tidur dengan nyeyak,dll.

Allah swt mengajarkan jalan yang kedua yaitu dengan cara menyadarkan potensi spiritual kita. Allah swt berfirman:

Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan Barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu. (Q.S. Taghabun:11)

3. Saya masih mempunyai simpanan kekuatan

Dalam setiap tekanan hidup, kita harus yakin bahwa di balik itu kita masih mempunyai simpanan tenaga dan kekuatan untuk melawannya, tanpa harus mengeluh dan melibatkan orang lain. Meskipun memang, persoalan terasa begitu berat jika kita harus memikulnya sendiri. Tetapi, kita juga harus yakin bahwa ia akan memperkuat hati kita, menghapuskan dosa dan membantu kita menekan kecenderungan ke arah kesombongan.

Rasulullah saw bersabda,” Tidaklah kesulitan dan sakit menimpa seorang muslim, tidak juga kegalauan, kesedihan, duka dan beban hingga duri yang mengenai kakinya, kecuali menjadi penebus sebagian dari kesalahan-kesalahannya.” (H.R. Bukhari dan Muslim, dari Abu Said dan Abu Hurairah)

4. Tetap tegar, karena waktu terus bergerak dan tidak diam

Bukan pasrah yang di kehendaki ketika ujian sederas air hujan tak kunjung reda. Tetapi jika memang tidak mampu berbuat lebih banyak, minimal kita ridha, karena setiap peristiwa adalah takdir dari Allah swt. Namun Hasan Al Bashri berkata,”Bersikap ridha itu adalah suatu kemuliaan, namun kesabaran itu adalah sandarannya seorang Mukmin.”

Ridha dan sabar adalah bagian dari banyak jalan untuk melewati setiap peristiwa genting, dengan keadaan jiwa yang tetap tegar dan kuat. Karena bagaimanapun, semua peristiwa pasti akan berlalu seiring dengan waktu yang terus berjalan. Kesabaran adalah anugerah yang besar dari Allah swt, yang mungkin tidak semua orang mendapatkannya. Semoga kita termasuk yang dianugrahi kesabaran oleh Allah swt.

Ibrahim At Taimi berkata,” Tidaklah seorang hamba yang telah Allah berikan kepadanya kesabaran atas penyakit, bala dan musibah, melainkan ia sebenarnya telah mendapatkan yang utama dari yang telah didapatkan oleh seseorang setelah keimanannya kepada Allah.”

Imam As Syafi’i dalam nasehatnya bekata,” biarkan hari-hari bertingkah semaunya, jadikan dirimu ridha terhadap ketentuan-Nya. Jangan takut peristiwa semalam, karena peristiwa-peristiwa itu tidak akan abadi.”

Waktu akan terus berjalan dan tidak diam. Dan waktu pula yang akan mencatat sejarahnya sendiri, yang berisi harapan-harapan kita sekarang.

5. Terkadang, guncangan itu sebenarnya perlu disyukuri

Pada prinsipnya, guncangan dan ketenangan, kesulitan dan kemudahan adalah nikmat yang harus disyukuri. Karena keduanya dapat mendekatkan kita kepada Allah swt, asalkan kita tidak berhenti untuk berbuat dan beramal. Itulah makna sabda Rasulullah saw,”Sesungguhnya menakjubkan urusan seorang Mukmin, semua urusannya adalah kebaikan baginya, dan hal itu tidak diberikan kepada seorang pun kecuali orang Mukmin. Jika mendapat kesenangan ia bersyukur dan itu adalah baik baginya, dan jika ditimpa bencana maka dia bersabar dan itu adalah baik baginya.” (Shahih Muslim:5318) oo Wallahu’alam...

0 komentar: